Senin, 14 Maret 2011

IDEALISME JURNALISTIK DALAM PENDIDIKAN


IDEALISME JURNALISTIK DALAM PENDIDIKAN
uad warna.jpg

Makalah ini diajukan untuk memenuhi syarat kelulusan
mata kuliah Ragam Bahasa Jurnalistik
kelas C yang disusun oleh:

CRISPINA PUTRIYANINGSIH
08003252


PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS AHMAD DAHLAN
YOGYAKARTA
2010
  1. PENDAHULUAN
1.      Latar Belakang
Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya bahwa jurnalistik telah berkembang dan dikenal oleh seluruh masyarakat. Begitu juga dalam pendidikan, jurnalistik juga menyebarluas, mempengaruhi dan bahkan diajarkan di sekolah. Dalam kurikulum juga di muat tentang pembelajaran yang mendukung munculnya karya tulis atau karya kreatif yang termasuk dalam genre karya jurnalistik. Bahkan pihak sekolahpun mendukung adanya perkembangan jurnalistik tersebut di sekolah dengan memfasilitasi medianya berupa majalah dinding (mading) atau berupa bulletin sekolah. Dengan demikian dapat dibuktikan bahwa jurnalistik telah berkembang dan mempengaruhi masyarakat termasuk dalam dunia pendidikan. Jurnalistik dalam pembelajaran telah dikemas sedemikian rupa dalam kurikulum sehingga dapat membantu siswa untuk lebih mengenal, memahami, dan menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari. Baik dari tingkat SD, SMP, SMA hingga Perguruan Tinggi terdapat materi tentang jurnalistik yang disematkan dalam kurikulum khususnya mata pelajaran bahasa Indonesia. Seperti yang dijelaskan sebelumnya hal tersebut dilaksanakan agar siswa atau peserta didik lebih mengenal, memahami, serta dapat menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari. Tidak hanya itu saja, dengan adanya jurnalistik yang berkembang luas dimasyarakat baik dalam bentuk cetak maupun elektronik tersebut, seharusnya dapat dimanfaatkan dengan semaksimal mungkin.
Terlebih lagi dalam dunia pendidikan. Jurnalistik dalam dunia pendidikan memiliki berbagai fungsi yang mendukung ketercapainya tujuan pembelajaran. Jurnalistik dapat digunakan sebagai pemacu kreatifitas pada siswa atau peserta didik. Dengan jurnalistik siswa atau peserta didik dapat termotivasi untuk lebih giat berkreasi dan lebih mengasah kemampuan mereka. Terlebih lagi dengan adanya kasadaran dari pihak sekolah yang menfasilitasi dengan berbagai media baik berupa madding maupun bulletin sekolah. Siswa atau peserta didik akan lebih semangat dan berlomba-lomba agar hasil kreatifitasnya dapat dimuat dan dinikmati oleh orang lain baik teman sejawat maupun guru-guru mereka. Itu merupakan suatu kebanggaan tersendiri bagi siswa atau peserta didik yang karyanya dapat dimuat karena itu merupakan salah satu bukti eksistensi siswa atau peserta didik agar diakui keberadaan, kemampuan, dan prestasinya. Berbagai penjelasan di atas dapat menjelaskan bahwa jurnalistik juga memiliki peran yang sangat penting dalam kehidupan termasuk dalam dunia pendidikan.
Berdasarkan uraian diatas maka penulis mengambil judul makalah ”idelisme jurnalistik dalam pendidikan”.

2.      Rumusan Masalah
Berdasartkan uraian pada latar belakang tersebut maka dapat dirumuskan bagaimanakah idealisme jurnalistik dalam pendidikan?

  1. PEMBAHASAN
Pasca tumbangnya rezim orde baru, dunia pers atau media menemukan momentumnya untuk tumbuh berkembang dalam memberikan informasi yang selua-luasnya kepada masyarakat, tanpa harus takut terkekang oleh intervensi pihak-pihak tertentu. Kebebasan pers saat ini memunculkan lahirnya media-media baru baik elektronik maupun cetak dalam turut menjalankan fungsi-fungsi media. Namun dengan semakin banyaknya lahir media-media baru, melahirkan pula kompetisi antar institusi tersebut. Sehingga persaingan menjadi masalah baru dalam dunia jurnalistik.
Kemampuan bertahan sebuah media tidak akan pernah lepas dari seberapa besar modal yang dimilikinya, karena mengingat biaya produksi yang dikeluarkan cukup besar. Persoalan modal inilah yang kemudian tidak jarang harus membuat idealisme jurnalistik menjadi “terjual” dalam persaingan pasar. Sehingga kerap kita lihat sebuah pemberitaan sangat ditentukann oleh sang pemilik modal yang membiayai media tersebut. Kegiatan jurnalistik sendiri telah berlangsung sejak lama. Dalam referensi ilmiah, kegiatan tersebut telah dimulai pada masa Romawi Kuno di bawah kekuasan Kaisar Julius Caesar. Jurnalistik pada masa itu bernama Acta Diurna yang berisi segala seuatu yang sifatnya informatif semata atas kebijakan-kebijakan Kaisar. Kini, jurnalistik tidak hanya menjalankan fungsi informasi semata, namun telah bertambah menjadi fungsi pendidikan, kontrol sosial, mempengaruhi dan juga fungsi menghibur. Dalam menjalankan fungsi-fungsi tersebut, asas netralitas menjadi tulang punggung dalam menjalankan fungsinya dengan baik, hal inilah yang kita sebut dengan idealisme. Dan idealisme inilah yang tidak jarang tergadaikan oleh kepentingan pemilik modal sehingga fungsinya itupun menjadi kehilangan arah.
Belakangan sering muncul kajian yang mempertanyakan idealisme jurnalistik. Kajian ini muncul sebagai bentuk kritik masyarakat terhadap kelalaian yang disengaja dalam menyuguhkan informasi. Seperti penyampaian berita yang berpihak pada kepentingan tertentu, baik secara individu maupun kelompok.
Idealisme jurnalistik sangat menentukan penerimaan masyarakat tehadap sebuah media. Sang dictator sekaliber Hitler pun takut dengan media dikarenakan idealime jurnalistik, begitupun dengan Napoleon Bonaparte. Jika idealisme tergantikan menjadi fragmatisme, maka sesungguhnya ruh jurnalistik itu telah telah mati. Jika ruh tersebut mati, maka kita tidak bisa lagi mengharapkan media sebagai alat kontrol sosial yang kuat. Padahal media menjadi harapan masyarakat dalam menjalankan kontrol sosial dan pendidikan massa.
Pada kondisi suhu politik yang semakin memanas saat ini, netralitas media menjadi salah satu kunci dalam menjaga stabilitas. Kemampuan media baik elektronik maupun cetak dalam mengabarkan kejadian politik yang tidak diikuti secara langsung oleh masyarakat dapat diterima dengan mudah. Oleh karena itu sikap netral dari sebuah media dalam mengabarkan kejadian yang sebenarnya menjadi tuntutan mutlak, di samping netralitas merupakan salah satu kode etik yang harus dijalankan.
Dalam negara yang sedang mengalami era transisi seperti Indonesia saat ini, maupun di negara yang telah maju dalam dunia demokrasi, media menjadi salah satu pilar penting dalam memberikan pendidikan politik bagi warganya. Hal ini dikarenakan media mampu menjangkau massa yang luas dalam waktu yang singkat. Kemampuan daya jangkau yang luas tersebut dibarengi dengan kemampuan mempengaruhi pembaca, apakah ke arah negatif maupun positif, dikarenakan sifat komunikasi media yang satu arah.
Peran penting media ini hendaknya harus dipahami betul oleh pekerja media atau insan pers. Etika jurnalistik harus dikedepankan di atas kepentingan lainnya, sehingga masyarakat sebagai penikmat berita bisa mendapatkan suguhan yang sehat. Tanggung jawab sosial jurnalistik hendaknya selalu menjadi warning agar bisa lurus dalam menjalankan fungsi-fungsinya. Dan kemampuan bertahan tersebut sangat ditentukan oleh seberapa besar sebuah media mampu menjalankan nilai-nilai idealisme jurnalistik.
Seiring perkembangan teknologi dan informasi, peradaban serta kehormatan terhadap lingkungan di tengah-tengah masyarakat luas harus dikedepankan, sebagai seorang jurnalis dalam menjalankan tugasnya sebaiknya mengedepankan kebenaran dan keadilan maupun kejujuran. Dikatakan, melalui pelatihan jurnalistik dan pendidikan pelatihan diharapkan para penerusnya mampu mengembangkan nilai-nilai jurnalistik untuk membangun kebenaran maupun kejujuran demi kepentingan orang banyak.
Jurnalistik media kreasi atau yang dapat disingkat sebagai Jurmedkres ini adalah salah satu bentuk media yang berisi tentang berbagai manfaat dunia jurnalistik dalam pembelajaran. Sebelum membahas lebih jauh tentang jurnalistik media kreasi tersebut, terlebih dahulu sebaiknya kita harus mengetahui tentang seluk beluk dari jurnalistik terlebih dahulu.
1.      Pengertian Jurnalistik
Dunia jurnalistik sudah banyak di kenal dan menyebar luas di kalangan masyarakat. Salah satu bentuk nyata hasil dari jurnalistik adalah banyak diterbitkannya media massa, baik cetak maupun elektronik. Bahkan mulai dari bangun tidur hingga tidur kembali, manusia selalu disuguhin berbagai macam atau jenis berita sebagai hasil dari kegiatan jurnalistik tersebut. Sehingga istilah jurnalistik sudah tidak asing lagi di mata masyarakat.
Istilah jurnalistik yang tidak asing tersebut, membuat terdapat berbagai asumsi tentang pengertian atau devinisi jurnalistik. Namun dari berbagai pengertian yang muncul di masyarakat tersebut, pada intinya sama. Salah satunya pengertian yang dikemukakan oleh Drs. Sutedjo yang memberikan asumsi bahwa jurnalistik adalah salah satu ilmu komunikasi yang mempelajari keterampilan seseorang dalam mencari, mengumpulkan, menyeleksi, dan mengolah informasi tentang suatu permasalahan dan disebarluaskan melalui media massa, baik cetak maupun elektronik. Beliau juga mengemukakan bahwa bentuk dari karya jurnalistik adalah uraian atau pendapat yang mengandung nilai berita dan penjelasan masalah yang aktual atau sedang dibicarakan banyak orang, dan disajikan kepada khalayak melalui media massa. Jadi, semua bentuk tulis-menulis yang dimuat di media massa merupakan karya jurnalistik (Peni, 2006:15).
Menurut Sulhan (2006:10) yang memandang berdasarkan segi etimologi (arti bahasa), jurnalistik journal yang berarti catatan harian. Adapun istik merujuk pada kata estetika yang berarti ilmu pengetahuan tentang keindahan. Dapat disimpulkan bahwa secara etimologis jurnalistik dapat diartikan sebagai suatu karya seni dalam hal membuat catatan tentang peristiwa sehari-hari, karya yang memiliki nilai keindahan yang dapat menarik perhatian masyarakat sehingga dapat dinikamti dan dimanfaatkan untuk keperluan hidupnya. terdiri atas dua kata, yaitu jurnal dan istik. Kata jurnal berasala dari bahasa Perancis,
Sulhan juga mengemukakan bahwa banyak tokoh-tokoh ahli yang memberikan pandangan mereka yang berbeda-beda tapi memiliki makna yang sama tentang jurnalistik. Tokoh-tokoh tersebut diantaranya adalah Astrid S Susanto yang mengartikan jurnalistik sebagai kejadian pencatatan dan pelaporan serta penyebaran tentang kejadian sehari-hari. Sama halnya dengan pandangan yang dikemukakan oleh Onong Uchjana Effendi bahwa jurnalistik merupakan kegiatan pengolahan laporan harian yang menarik minat khalayah, mulai dari peliputan sampai penyebarannya kepada masyarakat. Tokoh lain yang ikut menyumbangkan pandangannya adalah A. W. Wijaya yang manyatakan bahwa jurnalistik merupakan suatu kegiatan komunikasi yang dilakukan dengan cara menyiarkan berita ataupun ulasan mengenai berbagai peristiwa atau kejadin sehari-hari yang actual dan faktual dalam waktu yang secepat-cepatnya. Sedanggkan menurut Djen Amar mengartikan jurnalistik sebagai kegiatan mengumpulkan, mengelolah, dan menyebarkan berita kepada khalayak seuas-luasnya. Dari berbagai pandangan para tokoh tersebut, Kustadi Suhandang mencoba menyimpulkan bahwa jurnalistik adalah seni dan ketrampilan mencari, mengumpulkan, mengolah, menyusun, dan menyajikan berita tentang peristiwa yang terjadi sehari-hari secara indah, dalam rangka memenuhi segala kebutuhan hati nurani khalayak (Sulhan, 2006:11).
Sedangkan menurut Supriyatno dalam bukunya yang berjudul Ragam Bahasa Jurnalistik menjelaskan bahwa Secara harfiah, istilah jurnalistik berasal dari kata “journal” yang berarti catatan harian. Sedangkan jurnalis adalah seseorang yang pekerjaannya mengumpulkan, mengolah dan kemudian menyiarkan catatan-catatan harian tersebut.
Sejalan dengan kedua pengertian di atas, Yurnaldi (1992:17) juga menyumbangkan pemikirannya tentang jurnalistik. Menurutnya jurnalistik berasal dari istilah Acta Diurna, yang artinya segala kegiatan dari hari ke hari. Dalam bukunya yang berjudul Kiat Praktis Jurnalistik untuk siswa, mahasiswa, dan calon wartawan, Yurnaldi juga sependapat dengan asumsi yang dikemukakan oleh Supriyanto. Selain itu, dalam bukunya tersebut Yurnaldi juga menambahkan pendapat dari Adinegoro, yang menyatakan bahwa jurnalistik adalah semacam kepandaian mengarang yang pokoknya untuk memberi pekabaran pada masyarakat dengan selekas-lekasnya agar tersiar seluas-luasnya.
Berdasarkan berbagai pandangan yang telah dikemukakan di atas, dapat disimpulkan bahwa jurnalistik adalah salah satu komunikasi yang menyiarkan berita dan atau ulasan berita tentang peristiwa-peristiwa sehari-hari yang umum dan aktual dengan secepat-cepatnya.
2.      Macam-Macam Jurnalistik
Berdasarkan media penyebarluasannya, jurnalistik terdiri atas dua macam yaitu; jurnalistik cetak dan jurnalistik elektronik.
1.      Jurnalistik cetak
Jurnalistik cetak adalah jurnalistik yang disampaikan melalui media cetak. Jurnalistik jenis ini memiliki kelebihan dan kekurangan. Kelebihan dari jurnalistik ini adalah pesan yang disampaikan melalui media cetak bisa dibaca berulang-ulang dan dapat dibaca dimana saja dan kapan saja. Sedangkan kekurangannya adalah tidak bisa menyajikan peristiwa yang sedang berlangsung.
2.      Jurnalistik elektronik
·         Jurnalistik elektronik adalah jurnalistik yang dipublikasikan melalui media elektronik. Seperti halnya dengan jurnalistik cetak, jurnalistik elektronik juga memiliki kelebihan dan kekurangan. Kelebihan dari jurnalistik ini adalah bisa menyajikan peristiwa yang sedang berlangsung. Sedangkan kekurangannya adalah pesan hanya dapat didengar secara sekilas, kalimat singkat, padat, dan sederhana (Peni, 2006:15-16).
3.      Unsur-Unsur dalam Jurnalistik
Istilah jurnalistik sering kita dengar. Jurnalistik selalu hadir di tengah-tengah masyarakat. Hal ini sejalan dengan dengan pergaulan hidup yang dinamis, terus berkembang, lebih-lebih dalam kehidupan masyarakat modern saat ini. Perkembangan jurnalistik tersebut tidak lain didukung oleh unsur-unsur yang ada dalam jurnalistik itu sendiri. Unsur-unsur pendukung tersebut terdiri atas:
1.      Jurnalistik(wartawan)
Wartawan merupakan orang-orang yang bertugas mencari, mengumpulkan, dan mengelola bahan pemberitaannya menjadi konsep berita, komentar, dan iklan (advertensi) yang akan disiarkan. Wartawan juga bisa dikatakan sebagai jurnalis. Berdasarkan tugas dan karya yang dihasilkannya, wartawan dapat dibedakan menjadi dua golongan, yaitu reporter dan editor. Reporter adalah jurnalis atau wartawan yang bertugas mencari dan mengumpulkan berita atau bahan pemberitaan melalui peliputan peristiwa yang terjadi. Sedangkan editor adalah jurnalis atau wartawan yang bertugas mengedit berita, dalam arti menilai dan mempertimbangkan kelayakan dan kepentingan hasil karya para reporter untuk dijadikan berita atau komentar dan menyusunnya kembali menjadi produk jurnalistik yang siap cetak.
Selain reporter dan editor dikenal juga istilah koresponden yang merupakan wartawan yang ditugaskan di suatu tempat dan menetap di daerah tersebut. Koersponden bertugas meliput semua peristiwa yang terjadi di daerahnya, kemudian melaporkannya kepada editor media massa tempat koresponden tersebut tercatat sebagai karyawan yang ditugaskan untuk daerah tertentu.
2.      Penerbit
 Merupakan instansi yang menyelenggarakan seluruh administrasi penyiaran informasi atau berita. Berdasarkan cara kerjanya, penerbit dapat diartikan sebagai pembuat kata-kata dan gambar kreatif untuk dipublikasikan (disampaikan kepada umum). Tugas yang diemban penerbit mencangkup beberapa hal diantaranya adalah pengeditan, perwajahan, produksi (percetakan), serta pendistribusian (penjualan dan pengedaran), dan sirkulasi. Namun dalam dunia pemberitaan/jurnalistik khususnya jurnalistik cetak baik berupa Koran, tabloid dan majalah, tidak harus memiliki percetakan sendiri. Penerbit media cetak dapat menggunakan jasa percetakan lainnya.
3.      Percetakan
Percetakan merupakan unit kerja sebuah media. Naskah yang akan diterbitkan, setelah melalui proses editing, maka dimasukkan ke percetakan untuk dicetak. Proses percetakan naskah merupakan metode pembuatan bentuk-bentuk huruf dan gambar. Percetakan media ini merupakan karya yang menampilkan pengetahua agar setiap orang dapat membacanya. Melalui karya tersebut disuguhkan fakta-fakta dan ide-ide dalam bentuk yang bagus dan permanen. Percetakan mempunyai tugas untuk memoles produk wartawan dari segi grafis-estetikanya menjadi bentuk berita, komentar, artikel, feature dan iklan dalam surat kabar, majalah, bulletin, dan sebagainya (Sulhan, 2006:12-15).
4.      Fungsi Jurnalistik
Jurnalistik memiliki empat fungsi penting yaitu:
1.      To inform
2.      To interpret
3.      To guide, dan
4.      To intertain(Yurnaldi, 1992:17).
5.      Bahasa Jurnalistik
Bahasa dalam dunia jurnalistik tidak ubahnya memiliki fungsi sebagai cat atau bahan-nahan lain serupa bagi pelukis. Jadi, fungsi bahan tersebut bersifat hampir mutlak. Demikian pula halnya fungsi bahasa bagi seorang penulis atau wartawan. Karena dengan bahasa itulah yang dipakai untuk mengungkapkan idea tau informasi yang hendak dibeberkan. Dalam prakteknya, bahasa dapat pula berfungsi sebagai pisau bermata dua. Yang salah satu sisinya dapat digunakan untuk menyampaikan maksud penulis, membeberkan informasi, unsur-unsur emosi, dan lain-lain. Dengan demikian bahasa dapat membuat orang dari tidak tahu menjadi tahu. Sedangkan sisi lainnya, dengan penggunaan bahasa juga mungkin bisa mencelakakan penulis. Kemungkinan ini bisa terjadi bila pemilihan kata yang kurang hati-hati. Seperti pepatah yang sering kita dengar yaitu ”mulutmu adalah harimaumu”. Sedangkan bagi para jurnalis atau wartawan pepatah tersebut bisa diganti dengan “penamu adalah harimaumu”.
Bahasa jurnalistik adalah bahasa komunikasi massa yang digunakan dalam majalah, suratkabar, televisi, atau radio. Sebagai suatu ragam bahasa, bahasa jurnalistik tentu memiliki ciri tertentu, seperti: pertama, bahasa jurnalistik harus terpelihara. Dan kedua, bahasa jurnalistik harus mudah dipahami(Yurnaldi, 1992:79-82).
Menurut Djuraid (2007:130) bahasa jurnalistik adalah bahasa yang dipakai dan dipahami dalam pergaulan sehari-hari sehingga sebagian besar masyarakat yang melek huruf bisa menikmati isinya. Sedangkan menurut Wojowasito, bahasa jurnalistik adalah bahasa komunikasi massa sebagaimana yang tampak dalam harian-harian dan majalah-majalah. Lain halnya dengan Kurnniawan Junaedhie yang menjabarkan bahasa jurnalistik sebagai bahasa Indonesia yang digunakan oleh penerbitan pers. Bahasa yang mengandung makna informatif, persuasif, dan secara konsensusmerupakan kata-kata yang bisa dimengerti secara umum, harus singkat tapi jelas dan tidak bertele-tele. Sudaryatno menjelaskan bahwa bahasa jurnalistik adalah bahasa Indonesia yang dipakai untuk menyampaikan informasi melalui pers, radio, televisi dan film.
Terdapat beberapa ciri pokok bahasa jurnalistik yang dikemukakan oleh Rahardi (2006:11-16), diantaranya adalah:
1.      Bahasa juranalistik menjunjung tinggi dimensi kekomunikatifan
2.      Bahasa jurnalistik menjunjung tinggi dimensi kespesifikan
3.      Bahasa jurnalistik menjunjung tinggi dimensi kehematan
4.      Bahasa jurnalistik menjunjung tinggi dimensi kejelasan
5.      Bahasa jurnalistik mengutamakan ketidakmubaziran dan ketidakklisean
Sedangkan menurut Djuraid (2007:132-135) ada beberapa pedoman bahasa jurnalistik, yaitu:
1.      Ringkas, hemat kata dengan menghilangkan bagian yang tidak penting.
2.      Jelas, mudah dimengerti dan tidak mengundang pembaca untuk bertanya-tanya dan membingungkan.
3.      Tertib dan patuh pada aturan atau norma yang berlaku dalam menulis berita; penggunaan bahasa, susunan kata, prioritas dan sebagainya.
4.      Singkat, harus diperhatikan titik, koma dan tanda baca lain harus diprhatikan.
5.      Menarik, menulis berita yang menarik sangat penting yang menjadi tugas wartawan yang ditentukan oleh kemampuannya menulis.
6.      Genre Karya Jurnalistik
Ada beberapa jenis karya tulis dan karya kreatif dalam jurnalistik, diantaranya adalah:
1.      Berita (dalam berbagai ragam pemberitaan)
2.      Tajuk rencana atau editorial
3.      Feature atau tulisan khas
4.      Artikel
5.      Iklan atau advertensi
6.      Pojok (sentilan), karikatur/sketsa dan “stop press”
7.      Esei sastra dan budaya
8.      Cerita pendek, novel yang diturunkan dalam bentuk cerita bersambung (cerber).(Supriyanto, 1997:10)
Media merupakan sarana yang digunakan untuk menghubungkan antara satu dengan lainnya. Seorang guru mengajar di dalam kelas menggunakan media agar siswa lebih cepat menangkap pelajaran, baik itu yang berbentuk audio maupun yang berbentuk visual. Media dalam tulisan ini berarti sarana yang dipakai oleh warga sekolah dalam mengkomunikasikan segala yang ada di sekolah. Komunikasi antara siswa dengan siswa lainnya, maupun guru dengan siswa, sekolah dengan orang tua, bahkan sekolah dengan masyarakat yang ada. Dengan media di sekolah, barbagai permasalahan yang menyangkut kegiatan sekolah dapat disampaikan dengan lebih cepat. Artinya, bahwa media sekolah ini mampu melayani informasi secara terbuka kepada sekolah dengan cepat, baik menyangkut program sekolah maupun hal-hal baru yang harus diketahui oleh segenap keluarga sekolah.
Media yang dimaksud ini juga mampu mengembangkan potensi siswa dalam pembelajaran literasi, yaitu membaca dan menulis. Untuk itulah, sebagai sekolah yang berusaha menyiapkan generasi penerus, sudah selayaknya membuat media sekolah.
Sudah diketahui bersama bahwa seorang pemimpin perlu dibekali dengan kemampuan membaca dan menulis. Ini artinya, semua sekolah menyiapkan media yang mampu menumbuhkembangkan minat membaca dan menulis siswa.
Dari media sekolah inilah akan bermunculan potensi siswa dalam hal menulis. Mereka mempunyai wadah. Mereka mempunyai tempat untuk berekspresi. Karya mereka dihargai dan tidak dibuang begitu saja. Dengan demikian maka sekolah telah memfngsikan diri sebagai tempat pembentukan generasi yang siap menjadi pemimpin sejati. Semua kembali pada sebuah kemauan yang besar untuk bersama-sama membangun generasi muda lewat lembaga sekolah.(Sulhan, 2006:61-62).

2.      Manfaat Media Sekolah
Media sekolah saat ini bukan hanya sebagai kebutuhan sekunder, tetapi sudah menjadi kebuthan primer. Ini bukan hanya untuk kepentingan sekolah. Sekolah sebagai lembaga pendidikan yang bertugas membentuk dan membangun generasi muda, perlu memikirkan masa depan anak-anak.
Ada beberapa manfaat yang akan dipetik apabila media sekolah di adakan, diantaranya adalah:
1.      Menumbuhkembangkan Minat Membaca dan Menulis
Dengan adanya media sekolah, maka minat membaca dan menulis siswa akan meningkat. Ini karena mereka merasa dihargai. Karya-karya kreatif dan orisinil yang mereka tulis mendapat tempat. Selain itu, mereka kan banyak membaca karena dengan membaca, mereka mendapatkan bahan untuk menulis. Tentunya ini juga akan mengurangi dominasi televisi karena mereka banyak disibukkan dalam dunia membaca dan menulis.
2.      Menjadi Sarana Komunikasi
Media sekolah juga dapat dijadikan sebagai sarana komunikasi yang efektif. Program yang dibuat di sekolah, sesungguhnya dapat disampaikan melalui media sekolah. Hal itu karena sudah menjadi informasi resmi sekolah, maka mau tidak mau, minimal siswa akan membaca media tersebut. Lebih-lebih media ini dijadikan bacaan orang tua. Maka akan terjadi komunikasi yang efektif terhadap perkembangan sekolah.
3.      Macam-Macam Media di Sekolah
Banyak macam dan ragamnya media sekolah. Ada media sekolah yang sifatnya permanen, tidak berubah-ubah tempatnya. Ada pula media yang dapat dibawa keman-mana. Ada media dalam bentuk tulis atau cetak, ada pula media dalam bentuk elektronika.
Majalah dinding sebagai media sekolah permanen yang sering menempel di dinding sekolah sering dijumpai. Ada yang dikemas cukup sederhana, ada pula yang dikemas sedemikian rupa sehingga enak dibaca.
Ada juga media sekolah yang mudah dibawa ke sana ke mari, misalnya bulletin sekolah atau juga majalah sekolah. Seperti halnya majalah dinding, bulletin dan majalah sekolah ada yang dikemas dalam bentuk yang sangat menarik. Ada bulletin atau majalah yang menjadi bacaan anak-anak saja, ada pula yang difungsikan untuk bacaan orang tua. Semua itu bergantung dari tujuan diadakannya media sekolah.
1.      Majalah Dinding
Majalah dinding bukan hal baru dalam dunia pendidikan. Majalah dinding sudah sering kita dengar. Majalah dinding merupakan bentuk karya tulis yang ditempelkan pada dinding. Bentuk karya tulis ini tidak mudah untuk dipindah-pindah tempatnya. Kalaulah dipindah, maka harus bersama dengan papan tempat menempel karya tulis tersebut.
Majalah yang dibuat di sekolah terdapat berbagai jenis. Ada majalah dinding sekolah yang menjadi informasi sekolah dan ditempel di tempat strategis atau di luar kelas agar dapat dibaca semua siswa. Majalah dinding semacam ini lebih banyak berisi beita tentang sekolah. Majalah seperti ini bersifat umum, artinya semua siswa diperkenankan untuk memberikan karyanya tana dibatasi oleh kelas khusus.
Beda halnya dengan majalah dinding kelas. Majalah dinding kelas adalah majalah dinding yang dikelola oleh setiap kelas. Penempatan majalah dinding ini biasanya di dinding bagian luar kelas. Info yang disampaikan dalam majalah dinding kelas merupakan info kelas itu sendiri. Begitu pula karya-karya yang dipajang juga karya-karya kelas tersebut.
Banyak juga dijumpai sekolah-sekolah yang menggunakan majalah dinding sekolah dalam bentuk kelompok. Artinya, kelas itu tidak hanya membuat satu majalah dinding yang di tempel di bagian luar dinding kelas, tetapi siswa di kelas itu dibagi menjadi beberapa kelompok, bisa tiga, empat, atau sampai lima. Masing-masing kelompok memunyai papan sendiri yang diletakkan di dalam kelas. Setiap kelompok merancang bentuk majalah dinding kelompok kelas.
Setiap sekolah seharusnya sudah mampu mengembangkan media sekolah, minimal membuat majalah dinding. Selain biayanya yang relatif murah dan dapat dijangkau oleh sekolah, manfaatnya cukup efektif untuk memotivasi siswa dalam menumbuhkembangkan minat membaca dan menulis. Selain itu, dengan majalah dinding, informasi sekolah juga bisa tersosialisasi dengan cepat. Anak juga lebih apresiatif terhadap karya tulis yang dibaca di majalah dinding yang telah dibuat oleh teman-temannya.
Dengan majalah dinding, anak dilatih untuk bertanggung jawab mengelola sebaik-baiknya. Peran guru hanyalah sebagai motivator dan fasilitator serta pembimbing agar minat anak terus tumbuh untuk mengembangkan kreativitasnya di bidang karya tulis. Untuk itulah, meskipun majalah dinding ini merupakan media yang cukup sederhana, namun perlu dikelola dengan sebaik-baiknya. Hal ini untuk mendapatkan hasil yang maksimal.
Membuat majalah dinding, tidak jauh berbeda dengan membuat media yang lainnya. Semua membutuhkan kesiapan. Hanya saja, untuk majalah dinding ini persiapannya tidak terlalu rumit. Kesungguhan dan kemauan adalah modal yang paling utama untuk merancang sebuah media sekolah. Kemauan dan kesungguhan itu muncul dari pimpinan sekolah, guru, dan siswa. Pimpinan sekolah sebagai pengambil kebijakan seharusnya peduli terhadap pengadaan majalah dinding. Begitu pula guru, seharusnya mampu memberikan motivasi. Lebih penting lagi siswa mempunyai kemauan untuk membuat majalah dinding ini.
Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam membuat majalah dinding. Mulailah dari hal-hal yang cukup sederhana. Jika dimulai dari hal yang cukup sederhana. Jika dimulai dari hal-hal yang cukup sederhana anak akan merasa santai membacanya.
·         Persiapan
ð  Menyiapkan papan mading
ð  Menyiapkan guru Pembina
ð  Menyiapkan tim redaksi
·         Pelaksanaan
ð  Menentukan isi/kolom majalah dinding
Isi kolom dalam majalah dinding biasanya berisi tentang Salam redaksi, Profil, Opini, Pengetahuan, Berita, Agama, Seni, Mutiara kata, dan Gambar.
·         Menentukan jadwal terbit
ð  Evaluasi
Dalam setiap penerbitan selalu ada evaluasi. Evaluasi dimaksudkan agar bulletin yang diterbitkan dapat berjalan dengan lancar dan memberikan manfaat yang besar. Evaluasi yang dilakukan ini tentunya bersama dengan Pembina.
Guru Pembina melihat cara kerja tim redaksi. Apakah semua bekerja sesuai dengan yang diharapkan atau mungkin ada yang efektif. Selain itu, evaluasi tentang kolom yang ada juga perlu dilakukan. Hal ini untuk memberikan pelajaran kepada tim redaksi, termasuk penulis-penulis yang tidak tergabung dalam tim redaksi.
Untuk evaluasi dibutuhkan waktu khusus. Tentunya, waktu yang tidak mengganggu pelajaran sekolah. Dapat pula mengadakan pertemuan rutin bagi tim redaksi.
Sekolah-sekolah yang sudah mempunyai majalah dinding sebaiknya kualitasnya terus ditingkatkan. Sementara yang belum memiliki majalah dinding, seyogyanya segera membuat. Itu semua untuk melatih siswa dalam “jurnalistik”. Selain itu anak butuh wadah untuk mengaktualisasi diri dari melalui karya tulis.
2.      Buletin Sekolah
Salah satu bentuk media informasi dan komunikasi yang lain adalah bulletin. Bulletin sangat sederhana, bentuknya lembaran-lembaran yang terdiri dari beberapa halaman saja sehingga informasi yang dimuat tidak terlalu banyak. Meskipun demikian, bulletin sangat berarti bagi sekolah karena sekolah dapat menginformasikan apa yang perlu disampaikan kepada siswa atau orang tua. Selian itu, dengan bulletin ini siswa lebih berkreasi dalam membuat karya tulis.
Garan Meskipun bentuknya sangat sederhana, bulletin perlu ditangani secara serius. Lebih-lebih bulletin merupakan informasi tulis yang dapat dibawa ke mana-mana, maka sudah seyogyanya ditangani sebaik-baiknya. Jika majalah dinding tidak banyak membutuhkan biaya, maka bulletin ini sudah harus ada anggaran khusus karena setiap terbit harus melalui percetakan. Selain itu, naskah yang dimuat juga melalui editor. Artinya, naskah itu juga perlu diedit dulu. Hal ini untukn menghindari salah konsep atau adanya kesalahpahaman isi yang dikeluarkan dala bulletin tersebut.
Bulein yang sering dijumpai saat ini adalah bulletin yang dikeluarkan di masjid-masjid, dan masih dalam bentuk lembaran-lembaran. Isinya pun lebih pada artikel berkaitan dengan agama. Beda halnya dengan bulletin yang dijumpai di sekolah-sekolah yang memuat tentang pendidikan. Selain dalam bentuk lembaran-lembaran, ada juga sekolah yang mengeluarkan bulletin dalam bentuk yang sudah dibukukan, bukan hanya lembaran-lembaran. Tentunya banyak materi yang dimuat di dalamnya. Ini membuka peluang bagi siswa untuk lebih kreatif dalam membuat karya tulis yang dimuat di bulletin tersebut.
3.      Majalah Sekolah
Mendengar kata “majalah”, gambaran yang muncul dalam pikiran kita adalah majalah yang saat ini sudah beredar di tengah-tengah masyarakat, misalnya majalah “Mentari”, “Aku Anak Soleh”, “Bobo”, “Gadis”, dan lain-lain. Jika dilihat dari bentuknya, memang seperti itulah majalah. Ada sampul (Cover), ada daftar isi, ada banyak kolom yang harus diisi.
Majalah sekolah berbeda dengan majalah dinding dan bulletin. Untuk membuat majalah sekolah, banyak perangkat yang perlu dipersiapkan. Hal ini karena menyangkut bnayak hal, antara lain, dana, tenaga, dan perangkat lain.
Dana menjadi pembahasan pertama dalam membuat majalah sekolah. Mengapa?hal itu karena dana diperlukan untuk beberapa hal sebagai berikut:
·          untuk percetakan
·         Dana untuk penulis
·         Dana untuk operasional lainnya.
Sebagai sekolah yang hendak membuat majalah sekolah, maka ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam mengelola sebuah majalah sekolah, antara lain sebagai berikut:
·         Membuat struktur organisasi majalah sekolah (Tim Redaksi)
·         Menentukan ukuran majalah sekolah
·         Menentukan isi majalah
·         Menentukan sampul majalah
·         Menentukan jadwal terbit
4.      Contoh-Contoh Jenis Tulisan di Media
a.       Opini
                                                              i.      Tajuk rencana atau editorial
                                                            ii.      Artikel
                                                          iii.      Kolom
                                                          iv.      Pojok
                                                            v.      Resensi buku
                                                          vi.      Info buku baru
                                                        vii.      Surat pembaca
b.      Berita
·         Berita langsung
·         Berita olahraga
·         Berita penyelidikan
·         Berita foto
·         Moment Expose
c.       Feature
§  Feature human interest
§   pribadi
§   perjalanan
§  Feature pengalaman
§   sejarah
§  Feature petunjuk aktif
d.      Lain-lain
§  Cerpen
§  Puisi
§  Humor
§   Bijak

  1. PENUTUP
1        Kesimpulan
Saat ini kehidupan masyarakat tidak dapat lagi dilepaskan dari kegiatan jurnalistik atau pers. Para Ahli jurnalistik secara ekstrem menyamakan pers dengan udara yang dibutuhkan manusia untuk hidup. Oleh karena sangat penting itulah maka selain dibekali materi pelajaran yang sudah ada maka siswa perlu dibekali pula ilmu pengetahuan tambahan mengeni pers atau jurnalistik. Secara langsung saat ini sudah ada sekolah yang dengan intens telah membekali siswanya dengan ilmu jurnalistik ini. Hal itu bisa dilihat dari telah diterbitkannya media tulis di sekolah itu, baik berupa Majalah Dinding, tabloid, Web atau Blog di internet yang dipergunakan sebagai ajang menampung kreatifitas para siswa. Namun sayang kebanyakan media tulis di sekolah itu sifatnya sementara saja , misalnya untuk akreditasi sekolah, mengikuti lomba, atau kepentingan lain. Namun demikian ada sebagian sekolah yang tetap eksis menerbitkan Koran ataupun bulletin sekolah secara berkala dan tertib dan dikelola secara professional, misalnya mempunyai ruang redaksi khusus, tenaga keredaksian serta melibatkan fihak luar sekolah dalam hal pembiayaan dengan cara pemasangan iklan disetiap penerbitan. Namun demikian pada kenyataannya yang malakukan semacam diatas masih bisa dihitung dengan jari, biasanya sekolah tersebut adalah sekolah favorit atau unggulan.
Sebenarnya untuk menggiatkan pendidikan jurnalistik lewat Eskul ini tidaklah sulit. Sekolah cukup meyediakan sedikit waktu dan biaya. Untuk waktu sekolah dapat  berkoordinasi dengan guru pembimbing misalnya diadakan seminggu berapa kali pertemuan dan hari apa kegiatan tersebut dilaksanakan sepanjang tidak mengganggu kegiatan belajar mengajar wajib.. Sedang mengenai pemateri atau fasilitator sekolah dapat menunjuk guru  atau mengambil tenaga dari luar yaitu praktisi jurnalistik. Untuk biayanya sekolah bisa menganggarkan dari RAPBS sekolah berkoordinasi dengan komite , misalnya untuk membuat ruang redaksi, pembelian bahan liputan, komputer, kamera digital dan membayar honor pembimbing. Karena sifatnya yang instan ekskul pendidikan jurnalistik ini harus dirancang secara sistematis, selain teori yang simple dalam bentuk modul, juga disertai kegiatan praktek di lapangan. Misalnya hunting meliput berita dalam sekolah atau di luar sekolah yang berkenaan dengan pendidikan, menyusun,  menyunting berita dan foto, lay-out majalah dinding atau bulletin sekolah dan kegiatan jurnalistik lain untuk menambah wawasan siswa. Agar tidak bosan sesekali waktu peserta eskul diajak keluar untuk mengunjungi kantor redaksi Koran atau majalah dengan tujuan mereka mengetahui secara langsungbagaimana proses Koran atau surat kabar itu bisa sampai di tangan pembaca atau pelanggan secara aktual. Misalnya bagaimana berita itu didapat, dibuat lalu disunting menjadi tulisan yang enak dibaca. Bagaimana gambar itu di cetak, di-lay-out sampai dengan masuk mesin cetak. Bagi siswa semua itu merupakan pengalaman yang baru sebagai bekal mereka ke bidang jurnalistik sebenarnya. Selain itu pula untuk meningkatkan kualitas penerbitan mereka. Yang sering kita lihat majalah dinding sekolah hanyalah ajang penempelan karya siswa yang serabutan, yang berisi puisi, cerpen, curhat atau karya lain. Tanggal terbitnya pun tak beraturan tergantung keinginan si pengelola, sehingga ada mading yang hampir setengah tahun belum diganti. Padahal tempat penempelan mading tersebut cukup bagus dengan adanya kegiatan eskul pendidikan jurnalistik ini kraetifitas siswa akan tergali sendiri, yang pada akhirnya sekolah selain menghasilkan calon-calon ilmuwan juga akan menghasilkan calon-calon penulis atau wartawan handal. Ibarat batu bila tidak rajin diasah tentu tidak akan bisa runcing, begitu pula menulis jika sejak awal tidak dilatih akan sulit berkembang. Sebagai contoh penulis atau wartawan terkenal saat ini, kebanyakan lahir lahir dari pers sekolah atau kampus. Kegiatan tulis menulis mereka telah tertanam sejak mereka bersekolah atau kuliah. Selain menulis untuk kepentingan majalah untuk sekolah atau kampus, mereka memberanikan diri mengirimkan tulisannya untuk majalah atau surat kabar umum. Ini semua untuk ajang latihan, siapa tahu tulisan mereka sesuai dengan selera redaksi dan berhasil dimuat dalam surat kabar atau majalah. Selain nama mereka terpampang pada surat kabar atau majalah, mereka juga mendapatkan imbalan yang pantas dari jerih payah karya mereka. Apabila gagal termuat coba kirim lagi, sambil belajar apa kekurangan dari tulisan mereka yang dikrim sebelumnya . Karena pentingnya pendidikan jurnalistik inilah maka, hal ini dapat digunakan sebagai pertimbangan pihak sekolah untuk memasukkan pendidikan jurnalistik ini sebagai tambahan pelajaran (Ektra Kurikuler). Meskipun tidak secara mendalam namun siswa telah diperkenalkan teknik dasar ilmu Jurnalistik atau kegiatan tulis menulis. Selanjutnya bagi yang berminat dapat meneruskannya kejenjang pedidikan tinggi khusus yang mendidik mereka menjadi jurnalis dan penulis yang handal. Setelah karya mereka bermunculan tentunya akan membawa nama baik sekolah yang telah mendidik dan membesarkannya.

2        Saran
Disarankan kepada pemerintah agar mengembangkan serta menerapkan pengajaran dan pelatihan jurnalistik dalam bidang pendidikan. Kegiatan ini diharapkan generasi yang akan datang akan lebih siap dan tangkas dalam menghadapi era globalisasi yang semakin sengit.
Selain itu disarankan juga kepada pihak sekolah agar mengadakan kegiatan-kegiatan yang mendukung kegiatan jurnalistik dari mulai yang ringan seperti pembuatan mading sampai kepada kegiatan jurnalistik yang berkala seperti olimpiade atau lomba-lomba yang diadakan oleh depdiknas maupun oleh pihak swasta yang tujuannya mendukung perealisasian serta perkembangan jurnalistik di dalam bidang pendidikan. Disarankan juga bagi para orang tua siswa agar selalu mendukung kegiatan-kegiatan yang ada disekolah yang tujuannya tidak lain untuk mengembangkan potensi serta bakat anak didik.
Dengan adanya kerjasama yang dilakukan antara pihak sekolah serta pemerintah dan didukung oleh orang tua wali siswa diharapkan jurnalistik ini akan memberikan sumbangan ilmu pengetahuan dan keterampilan yang dapat mendukung serta memberi nilai lebih pada peserta didik. Sehingga dalam menjalani persaingan ini mereka mampu bertahan dan akhirnya berhasil meraih tujuan atau cita-cita yang ia dambakan.












DAFTAR PUSTAKA
Muis, A. 1999, Jurnalistik Hukum Komunikasi Massa, Jakarta: PT. Dharu Annutama.
Assegaff, Jurnalistik Masa Kini: Pengantar Ke Praktek Kewartawanan, Jakarta:Ghalia Indonesia, 1982.
Suhandang, Kustadi., Pengantar Jurnalistik: Seputar Organisasi, Produk, dan Kode Etik. Bandung:Penerbit Nuansa, 2004.
AS Haris Sumadiria, Jurnalistik Indonesia: Menulis Berita dan Feature Panduan Praktis Jurnalis Profesional, Bandung, Simbiosa Rekatama Media, 2005,





Tidak ada komentar:

Posting Komentar