Senin, 14 Maret 2011

aku dan kisahku


Kalaulah ada cinta yang tak menyisakan kepedihan,
Maka cinta itulah yang kucari.
Kalaulah ada cinta yang tak memberikan kehampaan,
Maka cinta itulah yang kudamba.
Namun sejauh langkah yang kuayun...
Sepanjang waktu yang kutempuh...
Cinta yang demikian tak jua kutemukan.

Cinta selalu berbicara dengan bahasanya.
Bahasa yang kadang begitu sulit untuk diterjemahkan manusia.
Begitu sulit untuk dipaham...
Maka seperti itu pulalah cinta kita yang terkunci,
Tak ada yang mampu memahaminya.
Sebab mereka yang ada diluar sana,
Tak pernah bisa menemukan kuncinya.

Kita selalu yakin bahwa cinta kita tak bisa diusik...
Kita juga selau yakin bahwa cinta selalu keluar sebagai pemenang.
Sebab cinta memiliki kekuatan.
Cinta memiliki segala yang diperlukannya untuk perlindungan.
Namun,
Ketika kita mendapati cinta kita kalah,
Masihkah kita yakin akan kekuatannya?
Masihkah ada harapan untuk memenangkannya?

Aku telah mencoba bertahandemi satu harapan yang tersisa.
Harapan untuk bertemu kembali denganmu kelak.
Menata lagi kebersamaan kita..
Namun jika pada akhirnya kita sama-sama mendapati diri kita berbeda,
Haruskah kita berburuk sangka?
Atau ketika kita mendapati semua orang menghalangilangkah kita,
Haruskah kita menyerah tanpa sebuah usaha?

Dulu kau pernah mengatakan bahwa ketulusankulah yang paling kau kagumi,
Sebagaimana aku sangat mengagumi kesederhanaanmu.
Pada saat itu kau begitu yakin bahwa aku adalah anugrah terindah bagimu.
Sebagaimana aku yakin kaulah yang terbaik bagiku.
Lalu ketika takdir akhirnya lebih berhak untuk bicara,
Haruskah kita menjadikan Tuhan sebagai tersangka?

Berulangkali kucoba meyakinkan diri,
Bahwa aku telah kehilanganmu.
Akupun telah mencoba menerima kenyataan,
Bahwa inilah yang terbaik buat kita.
Namun, semua itu tak semudah mengucapkannya.
Cinta yang mengikat hatiku seperti patri keabadian.
Memasungku untuk tidak beranjak dari suatu keyakinan,
Bahwa hatiku telah memilihmu.

Tuhan...
Jika memang aku salah telah menjadikan_Mu tersangka,
Maka jadikanlah sisa hidupku sebagai penebusnya.
Berikanlah kepadaku satu jawaban saja dari ribuan pertanyaan yang menyumbat di dada ini.
Satu jawaban yang akan membuat ku percaya,
Bahwa takdir_Mu tak pernah berlaku curang atas cintaku.
Dan cukuplah semua itu sebagai langkah awalku untuk kembali...

Aku memang pernah mencintaimu.
Kinipun aku masih mencintaimu.
Tapi cinta itu kini sudah berubah,
Sebagaimana berubahnya malam menjadi siang.
Sebab...
Kini aku mendambakan seseorang yang lain.
Sesuatu yang tak membuatku terluka,
Yang tak menyisakan kepedihan dan yang tak memberikan kehampaan.
Ya, sesuatu yang tak membuatku egois.

Kita pernah bersama.
Kita pun pernah bahagia.
Namun, keindahan yang kita temukan dipenghujung jalan ini adalah keindahan tak terperi.
Keindahan yang sanggup menjadi penembus bagi segenap luka dan air mata.
Meski kini tak lagi bersama,
Namun dunia menyaksikan bahwa kita sama-sama bahagia dengan kehidupan kita yang baru.

2 komentar: